Kamis, 16 Februari 2017

Kain Tenun Songket sebagai Ikon Wastra Masyarakat Kabupaten Sambas

Kain Tenun Songket dikediaman Ibu Nazifah Sub'in 

Sambas (20/1) - Wilayah kabupaten Sambas khususnya, memang tercatat memiliki sejarah yang cukup panjang dan terkenal dengan julukan kota Serambi mekahnya Kalimantan Barat. Banyak peninggalan tak ternilai yang berasal dari kerajaan-kerajaan Pada masa itu, satu diantaranya adalah budaya wastra, tenun songket.

Kain Songket memberikan nilai tersendiri yang dapat menujukan “kebesaran” bagi orang-orang yang mengenakan dan membuatnya. Rangkaian benang yang tersusun dan teranyam rapi dengan pola simetris itu, menunjukkan bahwa kain songket dibuat dengan keterampilan masyarakat yang lebih dari sekedar memahami cara untuk membuat kain, akan tetapi keahlian dan ketelitian itu telah mendarah daging.

Lestarinya kain Songket mutlak disebabkan karena adanya proses pembelajaran antar generasi. Selain itu, Songket tidak hanya selembar kain benda pakai, songket adalah simbol budaya yang telah merasuk dalam kehidupan, tradisi, sistem nilai, dan sosial masyarakatnya

Gemerlap warna serta kilauan emas yang terpancar pada kain Songket, pada masa lalu bahkan membuktikan kekayaan suatu daerah. Kain-kain semacam ini selain digunakan oleh kalangan istana dan para pejabat, dalam sejarahnya, songket adalah komiditi perdagangan berharga, bahkan hingga saat ini.

Ibu Nazifah Sub’in (atau biasanya disapa Nekwan De Dare) selaku pemilik rumah tenun songket Nazifah’s Collection mengutarakan Salah satu ciri khas pada motif Songket Sambas secara umum adalah Pucuk Rebung atau masyarakat setempat menyebutnya ‘suji bilang’. Yaitu berbentuk segi tiga, memanjang dan lancip. Serupa dengan bentuk asli pada rebung yang merupakan stirilisasi dari tunas bambu muda. Penggunaan Pucuk Rebung sebagai motif Songket tentu juga bukanlah hal kebetulan belaka, melainkan mengandung makna luas dan dalam. Adalah sebagai pengingat agar orang-orang Sambas terus berupaya untuk maju. Pucuk rebung adalah bagian dari pohon bambu yang terus tumbuh dan tumbuh. Jadi semangat harus terus tumbuh inilah yang ingin disampaikan oleh motif ini.

Harga jual kain tenun songket yang di tawarkan cukup bervariatif mulai dari harga Rp.200.000,00 sampai dengan Rp.3000.000,00 tergantun motif, ukuran, dan tingkat kerumitan mengolahnya. Selain hanya membuat kain, Ibu Nazifah dan para karyawannya juga membuat produk siap pakai seperti Tas, dompet, kopiah, sepatu, dan aneka aksesoris lainnya yang terbuat dari kain tenun songket tersebut. Kain tenun songket Ibu Nazifah sendiri sudah menembus pasar internasional seperti Malaysia dan Brunai Darussalam dan juga menembus pasar nasional seperti Pontianak dan Jakarta. Kain tenun songket Ibu Nazifah sendiri mendapatkan penghargaan sebagai pemecah rekor MURI Tenun Songket Terpanjang di Indonesia dari kelompok tenun rezeki dusun Semberang, desa Sumber Harapan, kabupaten Sambas.

Peliput : IMANUDDIN ( prodi KPI, smt. 3 Fak. Dakwah dan Psikologi )

0 komentar:

Posting Komentar