 |
Kain Tenun Songket dikediaman Ibu Nazifah Sub'in | |
Sambas (20/1) - Wilayah kabupaten Sambas khususnya, memang
tercatat memiliki sejarah yang cukup panjang dan terkenal dengan julukan kota
Serambi mekahnya Kalimantan Barat. Banyak peninggalan tak ternilai yang berasal
dari kerajaan-kerajaan Pada masa itu, satu diantaranya adalah budaya wastra,
tenun songket.
Kain Songket memberikan nilai tersendiri yang dapat menujukan
“kebesaran” bagi orang-orang yang mengenakan dan membuatnya. Rangkaian benang
yang tersusun dan teranyam rapi dengan pola simetris itu, menunjukkan bahwa
kain songket dibuat dengan keterampilan masyarakat yang lebih dari sekedar
memahami cara untuk membuat kain, akan tetapi keahlian dan ketelitian itu telah
mendarah daging.
Lestarinya kain Songket mutlak disebabkan karena adanya proses
pembelajaran antar generasi. Selain itu, Songket tidak hanya selembar kain
benda pakai, songket adalah simbol budaya yang telah merasuk dalam kehidupan,
tradisi, sistem nilai, dan sosial masyarakatnya.
Gemerlap warna serta kilauan emas yang terpancar pada kain Songket, pada
masa lalu bahkan membuktikan kekayaan suatu daerah. Kain-kain semacam ini
selain digunakan oleh kalangan istana dan para pejabat, dalam sejarahnya,
songket adalah komiditi perdagangan berharga, bahkan hingga saat ini.
Ibu Nazifah Sub’in (atau biasanya
disapa Nekwan De Dare) selaku pemilik rumah tenun songket Nazifah’s Collection mengutarakan
Salah satu ciri khas pada motif Songket Sambas secara umum adalah Pucuk Rebung
atau masyarakat setempat menyebutnya ‘suji bilang’. Yaitu berbentuk segi tiga,
memanjang dan lancip. Serupa dengan bentuk asli pada rebung yang merupakan
stirilisasi dari tunas bambu muda. Penggunaan Pucuk Rebung sebagai motif
Songket tentu juga bukanlah hal kebetulan belaka, melainkan mengandung makna
luas dan dalam. Adalah sebagai pengingat agar orang-orang Sambas terus berupaya
untuk maju. Pucuk rebung adalah bagian dari pohon bambu yang terus tumbuh dan
tumbuh. Jadi semangat harus terus tumbuh inilah yang ingin disampaikan oleh
motif ini.
Harga jual kain tenun songket
yang di tawarkan cukup bervariatif mulai dari harga Rp.200.000,00 sampai dengan
Rp.3000.000,00 tergantun motif, ukuran, dan tingkat kerumitan mengolahnya.
Selain hanya membuat kain, Ibu Nazifah dan para karyawannya juga membuat produk
siap pakai seperti Tas, dompet, kopiah, sepatu, dan aneka aksesoris lainnya
yang terbuat dari kain tenun songket tersebut. Kain tenun songket Ibu Nazifah
sendiri sudah menembus pasar internasional seperti Malaysia dan Brunai
Darussalam dan juga menembus pasar nasional seperti Pontianak dan Jakarta. Kain
tenun songket Ibu Nazifah sendiri mendapatkan penghargaan sebagai pemecah rekor
MURI Tenun Songket Terpanjang di Indonesia dari kelompok tenun rezeki dusun
Semberang, desa Sumber Harapan, kabupaten Sambas.
Peliput :
IMANUDDIN ( prodi KPI, smt. 3 Fak. Dakwah
dan Psikologi )
0 komentar:
Posting Komentar